- Saat bulan Ramadhan, masyarakat Indonesia di sejumlah daerah masih menjaga tradisi membangunkan orang sahur keliling kampung atau komplek menggunakan bedug seraya merapalkan doa maupun surat pendek.
Namun, tahukah Anda jika tradisi tersebut juga eksis di Arab Saudi?
Bedanya, orang yang membangunkan sahur di salah satu negara penghasil minyak terbesar itu merupakan sebuah pekerjaan yang dibayar.
Namanya adalah Musaharati, pekerjaan yang tugasnya berjalan sambil memukul gendang di pemukiman penduduk untuk membangunkan umat muslim makan sahur.
Di Provinsi Syarqiyah, pekerjanya disebut dengan nama Abu Tabila.
Orang dewasa dan anak-anak sering mengintip dari jendela untuk menyaksikan Abu Tabila lewat dengan memukul genderangnya yang kecil sambil merapalkan doa.
Tak jarang, mereka ikut keluar untuk menemani Abu Tabila sekaligus memeriahkan momentum sahur secara bersama-sama.
Pekerjaan Musaharati sendiri merupakan salah satu tradisi Ramadhan tertua di Al-Ahsa, dan setiap kota memiliki Abu Tabila-nya sendiri.
Dia menggeluti bisnisnya itu sampai akhir Ramadhan. Imbalannya berupa uang, hadiah, permen, dan doa untuk Idul Fitri dari masyarakat yang dibangungkan sahurnya.
Meskipun masyarakat Arab Saudi bisa saja menyetel alarm untuk membangunkan sahur, mereka tetap terus menjaga tradisinya itu sampai saat ini.
Salah satu komunitas terkenal di Arab Saudi, Komunitas Al-Ahsa, mengikrarkan akan terus mematuhi cara-cara tradisional untuk menghormati tradisinya.
Omar Al-Faridi, Direktur Komisi Pariwisata dan Warisan Nasional Saudi (SCTH) di Al-Ahsa, mengatakan bahwa Abu Tabila dikenal dengan pakaian tradisionalnya dan suaranya yang riuh.
Sementara itu, Mantan Direktur Museum Arkeologi dan Warisan Al-Ahsa, Walid Al-Hussein menganologikan ketukan drum Abu Tabila sebagai "unik dan indah," serta suara pembangkit semangat Ramadhan yang sesungguhnya.
Comments
Post a Comment