Apa yang ada di benak Anda ketika mendengar kata Etiopia? Mungkin sebagian dari Anda masih terbayang peradaban yang primitif, masalah kelaparan, serta negara yang sarat kriminalitas.
Sulit dimungkiri, citra orang-orang terhadap Etiopia masih jelek. Padahal, kami juga punya destinasi wisata yang sarat nilai sejarah dan layak dikunjungi, terang Admasu Tegaye, Duta Besar Etiopia untuk Indonesia kepada KompasTravel beberapa pekan lalu di helatan Astindo Travel Fair 2019.
Selanjutnya, Admasu membeberkan panjang lebar mengenai destinasi-destinasi sarat sejarah tersebut. Di samping itu, ia mengungkit salah satu teori asal-usul manusia bahwa peradaban Homo sapiens berangkat dari dataran Etiopia.
Ia juga menyatakan, Etiopia cocok menjadi destinasi alternatif orang Indonesia karena kini sudah ada penerbangan langsung Jakarta-Addis Ababa menggunakan Ethiopia Airlines.
Dari sekian banyak destinasi wisata sejarah di Etiopia yang dijabarkan Admasu, berikut KompasTravel menghimpun lima di antaranya:
Gereja ini dibangun sejak abad ke-12 oleh Raja Lalibela. Meskipun terbuat dari bongkahan batu raksasa, namun arsitekturnya dipahat secara detail. Istimewanya, gereja ini masih digunakan untuk ibadah hingga saat ini dan telah diakui UNESCO sebagai salah satu situs warisan dunia.
Bangunan ini terletak di Kota Axum, berwujud menara setinggi 24 meter berbahan batu granit. Usianya diperkirakan sekitar dua ribu tahun dan merupakan peninggalan salah satu kerajaan di zaman Ratu Sheba.
Gereja ini cukup tersohor karena berada di dinding tebing yang tinggi. Di wilayah Gunung Tigray ini, terdapat sekiranya 200 gereja kuno yang tersebar. Untuk menuju ke sini, penduduk mesti melalui medan yang amat curam dan berbahaya.
Bahkan, kerapkali seorang ibu mesti menggendong anaknya memanjat tebing untuk membaptis si anak di hadapan pastor.
Panjang goa ini sekitar 15 meter dan diklaim sebagai goa terpanjang seantero Benua Hitam. Di sekitar goa ini, terdapat pemukiman kaum muslim Etiopia. Tak jarang, mereka menjadikan goa ini situs ziarah.
Wilayah pemukiman kuno ini amat menakjubkan jika dilihat dari udara. Ditetapkan sebagai situs warisan dunia oleh UNESCO pada 2011, pemukiman ini merupakan kampung para petani seluas 230 kilometer persegi.
Zaman dulu, para petani Konso berhasil mengubah lahan di sekitar kampung mereka yang gersang menjadi lahan pertanian yang produktif. Uniknya, rumah-rumah penduduk di Konso berderet bagai membentuk lapisan-lapisan di perbukitan.
Comments
Post a Comment