Nisfu Sya'ban adalah peringatan pada tanggal 15 bulan kedelapan (sya'ban) dari kalender Islam. Hari ini juga dikenal sebagai Laylatul Bara'ah atau Laylatun Nisfe min Sya'bandi dunia Arab dan sebagai Shab-e-barat di Afghanistan, Bangladesh, Pakistan, Iran dan India.
Nama-nama ini diterjemahkan menjadi "malam pengampunan dosa", "malam berdoa" dan "malam pembebasan", dan seringkali diperingati dengan berjaga sepanjang malam untuk beribadah.
Di beberapa daerah, perayaan Nisfu Sya'ban biasanya secara turun temurun sekaligus dijadikan momentum untuk mengenang leluhur.
Seperti halnya di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, selain bentuk ungkapan syukur umat Islam kepada 'Sang Khalik" atas hari penuh berkah atau hari pengampunan dosa, masyarakat sekaligus menggelar festival Ratu Kalinyamat, nenek moyang mereka.
Tak sampai di situ, ada yang begitu menarik dalam peringatan Nisfu Sya'ban yang berlangsung hampir di setiap wilayah di Kabupaten Jepara.
Masyarakat beramai-ramai membuat kuliner yang diyakini sebagai peninggalan Sunan Kalijaga, yang konon diciptakan untuk mempersatukan keanekaragaman saat itu.
Sebagai bagian dari Walisongo, Sunan Kalijaga saat syiar agama Islam selalu mengajarkan toleransi antar umat beragama dalam kehidupan.
Cerita yang berkembang di Jepara, kala itu Sunan Kalijaga ingin mempersatukan umat Islam dan non muslim dengan momentum Nisfu Sya'ban. Saat itu seluruh warga yang hidup berdampingan dirangkul untuk beramai-ramai memasak " kerupuk puli" atau "gendar" yang puncaknya dinikmati bersama-sama.
Kerupuk puli atau gendar adalah salah satu cemilan ringan di Jawa Tengah yang lazimnya disantap sebagai lauk pelengkap saat kita makan nasi. Pada umumnya, kuliner ini terbuat dari adonan nasiyang diberi bumbu rempah dan penambah rasa.
Untuk menambah kekenyalan kadangkala ditambahkan bleng, tetapi jika tidak menggunakan bleng bisa ditambahkan tepung tapioka agar adonan mentahnya menjadi kenyal dan padat.
Setelah adonan ditumbuk halus dan merata kemudian diiris tipis dan dijemur sampai kering. Setelah rampung penjemuran, kerupuk mentah ini bisa digoreng dan siap dihidangkan.
Satu diantara contoh peringatan Nisfu Sya'ban yang meriah yakni di Desa Kendengsidialit, Kecamatan Welahan, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, Minggu (21/4/2019).
Saat pagi hingga sore, ibu-ibu setempat berjibaku membuat kerupuk puli sepanjang 15 meter di Balai Desa setempat.Mulai dari memasak beras, memberi obat bleng, menumbuk dan menggorengnya.
Malam harinya, kerupuk puli yang menghabiskan 200 kilogram beras itu dikirab keliling desa beriringan dengan berbagai macam replika benda bersejarah yang berkait dengan Ratu Kalinyamat. Warga mengiringinya dengan membawa obor.
KH Abdul Gofur, pengasuh Pondok Pesantren Darussalam Kendengsidialit, menyampaikan, puncak perayaan Nisfu Sya'ban diakhiri dengan pembacaan doa hingga menyantap kerupuk puli secara massal.
"Hidangan utama Nisfu Sya'ban adalah kerupuk puli. Dulu dipelopori Sunan Kalijaga yang ingin mempersatukan seluruh warga dari berbagai agama. Ini wujud toleransi agama yang harus dijaga dan dilestarikan dengan baik. Peringatan Nisfu Sya'ban di Jepara juga diramaikan festival mengenang Ratu Kalinyamat," kata Gofur, Minggu (21/4/2019) malam.
Wikha Setiawan, warga setempat, mengaku senang dengan meriahnya peringatan Nisfu Sya'ban di Kabupaten Jepara. Ia berharap momentum Nisfu Sya'ban di Kabupaten Jepara yang banyak wejangan positifnya itu terus dilestarikan.
"Hal ini menunjukkan bahwa Islam itu mengajarkan kerukunan antar-umat beragama. Bisa menjadi pelajaran bagi anak cucu kita nantinya. Harus dilestarikan," kata Wikha.
Comments
Post a Comment